Sunday, June 21, 2009

Menyapa "Ides"

Suatu hari aku ingin menyapa seorang teman SMA yang katanya kuliah di Bogor, dan aku memencet no. telpon yang ku dapat dari temanku yang lain…..

Lala : Halo, bisa bicara dengan Ides?

Suara1 : Wahh, Idesnya udah pindah kost mbak, ini dari mana?

Lala : Ohh, saya temannya dari Dumai. Hmm, Idesnya pindah ke mana ya?

Suara1 : Ides pindah ke kost lain, ini Saya punya nomor kostnya yg baru, hmm…… sekian…sekian….

Lala : Oke terima kasih ya….


Lalu aku pun memencet nomor yang diberikan oleh mantan teman kost Ides itu.


Lala : Halo, bisa bicara dengan Ides?

Suara2 : Oh, mbak Ides? Oya, mbak Ides kost-nya di depan mbak!


— Aku bingung maksudnya —


Lala : Kost di depan? Hmmm…maksudnya dia dah pindah ya?

Suara2 : Oh bukan, di kost ini juga, tapi yang ada di depan, dekat jalan. Nomor kostnya, ….sekian….sekian…..


— Walaupun aku masih tidak mengerti artinya "kost di depan" itu, tapi aku tidak memperpanjang masalah itu lagi. Dan aku pun kembali memencet nomor yang diberikan, sambil berpikir, "Gile juga usahaku dalam mencari si Ides ini yaa? Kayak Sherlock Holmes aja, melacak no.telpon sampe berkali-kali" —-


Lala : Halo, bisa bicara dengan Ides?
(ughh…kalo dikasih nomor telpon yang lain lagi aku nyerah deh…maless…)

Suara3 : Oh, sebentar yaa….!! Mbak Ideeeessss….!!! Ada telpon nih!!!


— Aku pun bernapas lega karena akhirnya bisa "menemukan" si Ides, teman SMA-ku itu.


Suara4 : Halo?

Lala : Halo Ides (ceria), masih ingat aku nggak? Mala!

Suara4 : Oh, Mala? (suara senang dan surprise). Apa kabarmu?

Lala : Baik…. Ehh…tau nggak, aku mencari nomor telponmu ini dengan perjuangan keras, bo!!


— lalu aku pun menceritakan bagaimana aku mendapatkan nomor telponnya dengan susah payah. Dan kami pun ngobrol ngalor ngidul selama lebih dari setengah jam. Ngomongin masa-masa SMA dan teman-teman dulu ada di mana saja. Ada Nova, ada Eva, dan teman-teman yang lain, pokoknya benar-benar bernostalgia dehh —

Lala : Oya, gimana dengan liburan lebaran ini Des? Kau pulang gak?

Suara4 : Waahh….nggak bisa eui…. kayaknya aku gak bisa pulang tahun ini, salam aja sama anak-anak yaa…

Lala : Ohh… (manggut-manggut). Tapi Ika pulang gak?

Suara4 : Ha?

Lala : Oh iya, apa kabar Ika? Katanya dia kuliah di Padang ya?

Suara4 : Haaa? Siapa ya?

Lala : (tertegun) Ika! Hmm…Mustika…

Suara4 : Siapa ya Mustika? (bingung)

— Masa sih dia gak kenal Mustika? Mustika itukan kakaknya? Ahh…jangan-jangan…. Tapi…masa sih? —


Lala :
(hati-hati) Ehhmmm….. ini Ides bukan?

Suara4 : (bingung) Iya…..?

Lala : Yang sekolah di SMA 1 Dumai? (semakin berhati-hati)

Suara4 : Haa? Dumai? Bukan…. aku sekolah di Jawa…

Lala : (panik) Haa?? Jadi ini bukan Ides yang punya saudara Mustika, dan bukan sekolah di Dumai?

Suara4 : Bukan….

Lala : (malu) Uhhhh….maap ya….maap…. aku kira teman SMA ku yang dari Dumai.

Suara4 : (geli) Hahahaha….gak papa lagi, aku juga bingung, karena aku juga punya teman namanya Mala…. hahahaha….dan aku kira tadi waktu kamu nanya pulang, yaa….pulang ke Jawa…! Haha…mana kita sempat cerita-cerita macam-macam lagi!

Lala : Hahahaha……. Gila ya kita? Udah ngalor ngidul panjang lebar, eehh…ternyata salah orang!! Dah gitu kita juga membahas nama teman-teman kita dengan serunya! Hahaha….. kok bisa yaa?? (meski masih rada malu)

Senangnya — lalu aku dan si "Ides" itu pun mengakhiri pembicaraan kami dengan baik-baik. Kami membahas "kekonyolan" kami dengan tertawa sepuas-puasnya. Dan sampai sekarang aku masih saja suka tertawa sendiri kalau mengingat kejadian itu… Kok bisa yaaahh?? Hahaha…konyol sekali!! —-

Wednesday, April 15, 2009

Rapuh di Dalam

Waktu aku kecil, sering sekali merasa sakit hati, sedih dan kecewa sendiri.
Perasaan itu kusimpan rapat-rapat dan kupendam sendiri.
Lama-lama rasa itu semakin memakan jiwaku dan menusuk hatiku dari dalam.
Meskipun kelihatan tegar di luar, kelihatan kuat dan ceria, namun aku rapuh di dalam.


Itu dulu.
Waktu aku masih sering mengasihani diri sendiri (hehe, jadi malu),
masih sering merasa menderita sendiri karena orang lain,
merasa Tuhan terkadang sangat tidak adil padaku.


Hmm......pernah merasakan hal yang sama?
Seperti yang pernah kusebutkan,
masa-masa Es-Em-Pe merupakan masa pondasi sifat dan karakterku saat ini.
Di sana aku mulai belajar cuek dan sedikit terbuka.
Lalu dilanjutkan dengan masa Es-Em-A dimana aku punya buanyaakk....sekali SAHABAT,
yang mendorong aku semakin terbuka.
Meskipun saat itu aku terkadang masih sering menyesali diri, merasa paling menderita di dunia (ughh...dangdut banget yaakk?).


Era terbesarku adalah masa-masa kuliah!

Masa-masa karakter dan sifatku dibentuk dalam Kristus.
Dimana semua yang kupahami, semua yang kumengerti, semua yang kumiliki, dibuat TUNDUK dalam Kristus.

Seluruh kemarahan tak terucap, penyesalan, penderitaan, kesakitan, kesukaan, kebahagiaan, persahabatan, seluruhnya.... dibentuk dalam pengenalan akan DIA.

Semua pulih dalam DIA.

Dan aku menjadi tidak sesinis yang dulu.
Aku lebih menerima kekurangan diriku.
Dan juga menerima kekurangan orang lain.
Dan aku pun menjadi berdamai dengan diriku sendiri,
dan juga orang lain.
Menjadi tidak gampang sakit hati (walau kadang-2 masih...),
tidak gampang curiga,
walau sisa-sisa sifat lama masih suka muncul...

Dan kini aku sangat mengenali orang yang Rapuh di Dalam (RdD) seperti itu.

Ciri-cirinya nihh...
  • pengalaman masa kecil yang merasa diperlakukan beda
  • sifat melankolik yang suka menganalisis perasaan sendiri, sehingga rasa itu makin dalam, namun tidak ada pelampiasan, sampai akhirnya sifat itu membuat perasaan kita semakin sensitif dan gampang marah terhadap pihak-pihak yang mungkin sedikit mengganggu
  • kelihatan orangnya sangat tegar dan kuat, sangat bisa diandalkan, karena biasanya orang ini sangat care dengan orang lain dan siap membantu kapan saja dan apa saja, terutama untuk orang yang dekat dengan dia. Karena orang ini sangat sensitif, jadi dia tidak mau membuat orang lain menderita seperti dirinya. Jadi benar-benar rela berkorban bagi orang yang disayanginya...
Saat ini aku mengenal beberapa sahabat dan temanku yang menjadi golongan RdD ini.
Tapi beberapa berusaha berjuang dalam karakter dan sifat yang menyulitkan seperti itu.
Berat, tapi....layak diperjuangkan!!

Cayoo....

Sekedar pesan :
Lepaskanlah segala perasaan sakit hati, benci, amarah, kepahitan, yang menggerogoti dirimu. Toh, semua itu tidak pernah ada gunanya kecuali menghabiskan energi saja kan? Jangan lupa, berikan dirimu pada Kristus, dan biarkan DIA yang mengubahkanmu dari dalam. Berjuanglah bersama-sama dengan DIA…. suerr…..gak bakalan menyesal!!

Ob_candlelight1 Love,



yang masih terus berjuang

Belenggu Jiwa

Mengeluhlah
Ketika kau merasa bebanmu berat tak terkira
Ketika kau merasa tak berdaya menanggung semuanya
Dan ragamu berpeluh jutaan asa yang tersia
Tersia oleh keangkuhan jiwa yang tak sudi berlari
Mengejar impian yang tercecer di antara jejak-jejak hari

Ahh......
Haahh......
Menangislah
Di saat kau merasa tak ada lagi yang mengerti
Dan barisan sahabat seolah hanya angan yang tercipta di hati
Mereka tak peduli.....

Atau tak menyadari?
Bahwa ada kuk yang menekanmu sampai kau tak mampu berdiri
Hanya mampu tertatih berusaha untuk tetap bervisi
Curahkanlah sahabat......
Segala cerita yang tersimpan di jiwa
Dan pada saatnya nanti, aku tau pasti kau akan bangkit kembali
Menantang dunia yang sombong ini
Menaklukannya sehingga mereka semua mengerti
Arti mencintai
Arti memberi
Arti hidup ini

Jakarta, 7 Agustus 2006

Mulai dari Diri Sendiri

Ugh, nyebelin banget kalo melihat orang buang sampah sembarangan,
Rasanya seperti melihat orang merampok atau menodong.
Rasanya seperti melihat orang berbuat kejahatan.


Hhh....sebenarnya mengapa sih setiap orang tidak mampu bertanggung jawab atas sampahnya sendiri ?

Kalo abis makan or something, ya sampahnya dibuang di tempat sampah dong?

Atau kalo tempat sampahnya rada jauh, mbok ya itu sampah disimpan dulu sampai tempat sampah terdekat ?

Kalo dipikir-pikir apa susahnya sih bertanggung jawab atas sampah kita sendiri?

  • Ayo guys, coba bayangkan suatu tempat yang bersih dan bebas sampah!
  • Coba bayangkan sungai-sungai di Jakarta bening mengalir dan bersih!
  • Coba bayangkan betapa indahnya danau, pegunungan, laut, lembah, dan banyak lagi aset wisata alam kita jika bersih dan bebas dari sampah yang merusak lingkungan!
  • Dan bayangkan berapa banyak turis yang semakin terpukau dengan alam Indonesia yang bersih dan tak tercemar?
  • Lalu bayangkan tanah yang tidak perlu bersusah payah menguraikan sampah-sampah yang merusak kesuburannya...

Bayangkan......bayangkan semua itu!!


Bukankah hidup akan lebih baik jika lingkungan kita lebih bersih?
Bukankah anak-anak kita akan lebih bahagia, jika banjir tidak terus rajin mengunjungi?
Mengapa kita tidak memulai untuk bertanggung jawab akan sampah kita sendiri?


Cayoo....kawan!!


~ demi bumi yang lebih baik~

Tuesday, April 14, 2009

Terlalu Sulit untuk Bahagia

Hati yang terlalu kompleks

Terlalu penuh dengan angan-angan dan bayangan

Dan terlalu penuh juga dengan sakit hati dan kepedihan

Terlalu penuh dengan keinginan yang tak terdefinisikan

Tidak!

Tidak pernah cukup yang namanya materi…

Tidak pernah cukup yang namanya perhatian…

Selalu mencari lebih lagi!

Selalu berpikir jauh sekali!

Ke sana

Ke sini

Tak pernah puas mencari

Dan mencari…

Dan terkadang,

Ada waktu di saat tubuh terkapar kelelahan mencari

Ada saat di mana pikiran menyerah melayang lebih tinggi

Yang ada hanya rasa “PAYAU”

Rasa yang tidak manis dan tidak pahit

Yang ada hanya “HENING”

Terasa “KOSONG”

Suasana hati yang tak dapat dimengerti bahkan oleh diri sendiri.

Hug

Ahh, benarkah terlalu sulit untuk bahagia?

Bukankah bahagia itu dari hati?

Bukan dari luar diri?

Tak perlu kau mencari

Tak perlu kau berpikir terlalu tinggi

Cukup kau berdiam diri di hadapan DIA

Bercengkerama hanya kepada-Nya

Cobalah dengarkan suara-Nya

Dan Dia akan menunjukkan letak bahagia itu nanti

Di sudut hatimu yang belum kau sadari saat ini

Untuk seseorang yang sedang “melayang”

berusaha mencari sesuatu,

entah apapun itu

"Aku Bersyukur Setiap Kali Mengingat Engkau"

Hari Senin yang lalu, tanggal 6 Nov 2006, aku merasa sedikit jenuh dengan aktivitasku. Mungkin karena kecapekan hari minggu sebelumnya. Atau karena kesibukan yang tak habis-habisnya sepanjang beberapa minggu ini.
Mulai dari retret, trus lanjut KPI, ehh....tau-tau ada CCA yang benar-benar mendadak.
Semuanya dikerjakan dengan penuh konsentrasi. Semuanya membutuhkan waktu dan energi yang tidak sedikit. Belum lagi kegiatan rutin lain yang juga tidak bisa disepelekan, > latihan Paduan Suara GP 2x seminggu,
> persiapan PT,
> mengajar teruna, > melatih Paduan Suara Teruna, hhhaahh......cukup membuatku sedikit tersengal mengatur waktu. Mungkin hari Senin lalu aku merasakan kelelahannya. Rasanya sedikit "payau" dan di awang-awang.
Gak enak sekali perasaan seperti itu. Tidak merasa apa-apa.

Nothing!
Beranjak sore aku masih dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba seorang dari anak terunaku menelpon. Sepele sih, mau ngundang aku dan beberapa anak sektorku untuk hadir dalam acara ultahnya hari Minggu malam nanti. Aku tersenyum mendengar suaranya yang ceria dan sedikit takut-takut, plus terasa sekali dia sangat mengharapkan kedatanganku, hehe....memang lucu menghadapi anak-anak teruna ini. Mereka itu bandel-bandel, suka membantah, tapi....punya keinginan yang besar untuk mendengar Firman Tuhan. Aku teringat lagi anak-anak sektorku yang cantik-cantik dan keren-keren. Teringat gimana dulu mereka masih imut-imut, dan takut-takut bergabung, tapi sekarang....hmmm...udah berani membantah dan beradu pendapat dengan kami (aku dan kak Titik) Melihat mereka tumbuh dan beranjak dewasa, membuat kami sangat terharu. Belum lagi anak-anak Panti Asuhan, tempatku mengajar. Teringat bagaimana aku harus bersusah payah meraih hati mereka selama kurang lebih satu tahun, sampai akhirnya mereka mau membuka hati kepadaku. Mereka mulai mau menceritakan kehidupan mereka. Mereka mulai mau menceritakan keluarga mereka. Mereka mulai mau menceritakan teman-teman mereka. Naksir-naksiran. Hehe…. Tiba-tiba aku pun tersadar, aku sudah tidak "payau" lagi. Rasa sukacita mulai menyusup secara perlahan ke dalam hatiku. Ahh....betapa Tuhan menghiburku dengan sangat luar biasa, dengan cara yang sangat sederhana. Tuhan hanya "menyentilku" sedikit untuk mengingat perjalanan pelayananku selama ini.
Sungguh,
bukan pelayanan yang sia-sia! "Aku bersyukur setiap kali mengingat engkau" Kini aku mulai mengerti arti kalimat itu.... Dan aku pun melanjutkan hari itu dengan lebih menyenangkan!

Sunday, March 29, 2009

Bahagia...So Simple...

Wajahnya yang sedikit kotor itu menatap kue-kue coklat mini yang terpamer dengan rapih di atas meja kecil yang ada di dalam sebuah warung di stasiun itu. Dia melirik sedikit ke arah sang ibu yang tidak sabar menunggu gadis kecil itu berdiri terpesona di depan warung kecil itu.

Ketika tangannya diraih sang ibu, gadis kecil itu segera melangkahkan kakinya menjauh dari kue-kue yang sangat menggiurkan itu. Namun terdengar suara kecilnya bertanya kepada sang ibu, "Mak, harga kue itu mahal nggak?"

"Mahal!"

"Emak punya uang nggak membeli kue itu?" wajahnya begitu penuh harap.

"Enggak! Uangnya untuk jajan kamu besok!"

Gadis kecil itu menatap wajah sang ibu dengan permohonan yang amat sangat, dan aku mendengar sayup dia berjanji untuk tidak jajan esok hari, agar dia bisa mendapatkan kue coklat yang sangat menerbitkan air liurnya itu.

Akhirnya sang ibu pun menyerah dan kembali ke warung itu dan membeli kue coklat yang sejak tadi memikat anak perempuannya itu.

Dengan wajah berbinar dan wajah berseri-seri, gadis kecil itu menerima kue coklat itu dengan sangat berhati-hati. Dijilatnya lapisan coklat yang ada di atas kue itu dengan sangat pelan. Lalu dia tersenyum ceria, menatap sang ibu, yang sedang hamil tua, dan berpakaian sangat kumuh itu, dengan penuh kasih sayang.

Dia sangat berbahagia dengan sepotong kue coklat dari sebuah warung di stasiun itu. Sementara puluhan orang yang ada di stasiun itu sedang menggerutu dan mengomel dengan keterlambatan kereta yang menghambat perjalanan pulang mereka.

Aku yang saat itu pun sedang kesal setengah mati dengan keterlambatan kereta di stasiun itu, hanya bisa terdiam dan terpesona melihat kesederhanaan itu.
Mereka melenggang di depanku dan sangat bahagia dalam keterbatasan mereka. Harga kue itu hanyalah seribu lima ratus rupiah, namun ternyata maknanya lebih dari itu.

Ternyata bahagia itu tidaklah mahal. Kita bisa bahagia kapan saja dan dengan apa adanya kita. Lalu, sampai kapan kita harus menunggu untuk bahagia? Karena bahagia itu bisa dimulai dari sekarang, ketika engkau menikmati sesuatu di hidupmu, atau bahkan ketika engkau menikmati hidupmu.

Mulailah saat ini, mulailah detik ini,
Selamat bahagia, temans

Friday, March 27, 2009

Membeli Sepatu


Kemarin aku mampir ke supermarket terdekat. Rencananya mau beli sepatu, karena sepatuku yang satu telah robek dan tidak layak pakai lagi.

Tanpa bersusah-susah, aku menemukan sepatu yang persis seperti kebutuhanku, hitam dan bertali. Dengan sukacita aku segera mencobanya di kaki kananku. Hmmm…pas! Aku senang sekali.

Tentu saja aku meminta pasangan sepatu itu, yaitu sepatu sebelah kirinya, agar bisa kucoba berjalan menggunakan sepatu itu.

“Mas…mas….yang sebelah kirinya bisa diambil nggak?” ujarku bersemangat.

Si penjaga supermarket itu pun mencari pasangan sepatu itu dengan antusias.

Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit….

Akhirnya dia menatapku dengan tampang memelas, dan berkata, “Maaf mbak, pasangannya tidak ada. Mungkin terbawa ke gudang.”

Aku hanya mampu terkesima, “Hah? Kok bisa?!”

Akhirnya aku pulang dengan tangan hampa, dengan hati yang sedikit mendongkol dan sedikit geli.

“Ahh…. ada-ada saja!”

Tuesday, March 24, 2009

METAMORFOSA

Terkadang serba salah....
Mau bercanda salah,
Mau diam saja, justru ditanya "Ada masalah?"
Mau cuek, tetap saja salah,
Mau menghindar, apalagi, lebih salah lagi,
Mau menjaga jarak, dianggap tidak hangat dan ramah,
Tapi bersikap apa adanya dan menunjukkan emosi yang kadang tak tertahan,
Dianggap kasar dan bersikap seenaknya,
Ahh, mungkin aku memang salah,
Maafkan aku teman-teman,
Untuk segala yang serba SALAH,
Untuk omongan kasar dan seenaknya,
Untuk situasi yang membuat kalian tak nyaman,
MAAFKAN aku....


Aku ingin berubah,
Karena aku sudah lelah,
Aku ingin masuk ke dalam kepompong metamorfosa,
Meringkuk nyaman dalam cangkang hangatnya,
Dan saat akan keluar, aku akan menjadi manusia yang berbeda,
Manusia yang berbeda....

Prasangka & Prahara


Seringkali hubungan yang buruk di antara dua pihak dipicu oleh prasangka yang timbul di antara mereka.

Serius!
Menurutku, luka dan sakit hati yang timbul di hati seseorang itu bukan karena kedua pihak itu saling membenci mulanya.

Bukan karena pihak yang satu sengaja menyakiti pihak yang lain. Bukan!

Tapi lebih sering kejadian itu hanya karena adanya prasangka yang akhirnya merusak hubungan dua pihak.

Terkadang kita sangat PINTAR mengambil kesimpulan atas gerak-gerik seseorang.
Ketika dia mengangkat alisnya tidak biasa, kita langsung berpikiran kalau dia tidak suka dengan kehadiran kita. Padahal mungkin alisnya saat itu memang terasa gatal? Hehe…

Atau kita juga pintar sekali mencerna makna dibalik kalimat seseorang. Kita mengira perkataan si anu itu mengandung makna yang menyakitkan hati kita.

Jadilah kita menangis mengharu biru dan merasa kecewa habis-habisan terhadap si anu yang telah menyakiti hati kita dengan luar biasanya.
Padahal si Anu itu sama sekali tidak bermaksud seperti itu.
Bodoh sekali bukan?
Si Anu maksudnya lain, kita nangkapnya lain, trus kita merasa sangat menderita, dan akhirnya hubungan kita dengan si Anu hancur!!
Kok kayaknya konyol yaa?

Belum lagi kalau kita sakit hati dan mencoba membalas.
Lalu si Anu pun sakit hati dengan kita.
Dia pun membalas. Kita pun tak mau kalah. Balas…..membalas…..
Akhirnya prahara terjadi!
Kebencian pun timbul!
Luka semakin dalam.
Sakit hati tak tertahankan.
Semua bermula hanya dari satu kalimat atau gerak-gerik yang salah dimengerti
Semua bermula dari satu kalimat atau gerak-gerik yang bahkan mungkin sudah terlupakan saat ini!

Wooww…
Alangkah KONYOL – nya!!

Mengertilah, terkadang orang itu sulit menyampaikan maksud hatinya.
Sadarlah bahwa tidak semua memiliki kemampuan verbal yang sempurna… (kemampuan verbal = kemampuan mengungkapkan pikiran ke dalam kata-kata)
Dengan sedikit pengertian dan banyak toleransi dan dibumbui dengan kasih di sana-sini, mungkin prasangka bisa lenyap. Dan prahara pun dapat dielakkan.

Mungkin yang dibutuhkan adalah sedikit EMPATI
Mencoba menempatkan diri di posisi orang lain.
Merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Mencoba berpikir jika berada pada kondisi dan keberadaan orang lain
Mungkin bisa membantu kita untuk lebih mengerti seseorang
Meskipun orang tersebut tidak mengerti kita

Tidak apa-apa!
Tidak harus menunggu orang lain dulu untuk menjadi lebih baik kan?

Ayo guysss…..
Kalau kau punya prasangka saat ini dengan orang lain
Coba tarik nafas dan berpikirlah, mungkin orang itu tidak bermaksud begitu
Mungkin dia bermaksud baik padamu, hanya caranya yang salah….
Jangan terlalu menyalahkan cara,
Karena seperti yang aku bilang tadi,
Tidak semua orang memiliki kemampuan verbal yang SEMPURNA
So, ngapain sakit hati….???

Semua hanya masalah RESPON…..

Dalam kehidupan ini, ada hal-hal yang telah ditentukan bagi kita
Kita sama sekali tidak bisa memilih.

Siapa yang bisa memilih keluarga tempat dia dilahirkan?
Siapa yang bisa memilih orang tua yang akan membesarkan dia?
Siapa juga yang dapat memilih lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhannya?

Banyak hal-hal yang tidak dapat kita pilih.
Banyak hal-hal yang hanya dapat kita terima saja. Sudah ditentukan bagi kita!

Tapi, yang jadi masalah adalah RESPON kita terhadap apa yang sudah ditentukan bagi kita itu.
Dan itu adalah PILIHAN!

Di sini kita bisa memilih. Kita mau memilih marah dengan keadaan,
Atau….
Kita bisa memilih menerima keadaan dan tak lupa untuk berjuang untuk terus menjadi lebih baik lagi.

Kita mau memilih untuk sakit hati dan terluka terus menerus untuk semua yang dipilihkan untuk kita
Atau…
Kita bisa memilih untuk MENGUBAH semua kondisi itu menjadi hal yang menguntungkan dan menyenangkan bagi kita

Susah memang menjadi baik di tengah keadaan yang memaksa kita untuk terus buruk.

Siapa yang bisa menyalahkan saat kita berespon buruk terhadap hal-hal menyakitkan yang menimpa kita?

Tapi sekali lagi, respon kita adalah PILIHAN!

Jangan katakan kau tidak punya pilihan ketika melakukan suatu yang buruk.

Jangan katakan kau terpaksa melakukan kejahatan.

Tidak!
Tidak ada yang memaksamu melakukan kejahatan.
Respon kita adalah PILIHAN!
Seberapa berat pun hal itu, tapi kau bisa memilih respon yang baik atau yang jahat.
Meskipun itu berarti kau harus mati-matian mengalahkan egomu yang terluka, atau kemarahan yang seakan tak pernah padam.

Memang,
Ada hal-hal yang tidak bisa kau ubah teman!
Tapi, jangan lupa, kebahagiaan hidupmu bisa kau ubah!

Semua hanya masalah RESPON…..